MENGAPA
NAPZA MAKIN MENJADI ?
Peredaran
narkoba yang cukup memprihatinkan saat ini, seharusnya
bisa dicegah sedini mungkin dengan mempelajari faktor-faktor
yang menyebabkan peredaran narkoba. Artinya, mengapa
seseorang akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan
sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja
dengan kasus lainnya. Beberapa faktor penyebabnya antara
lain :
Faktor
keluarga
Diantara faktor penyebab lainnya, keluarga selalu menjadi
tersangka utama penyebab penyalah gunaan napza. Pasalnya,
keluarga merupakan lingkungan terdekat “pengguna”
yang secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian
dan prilakunya. Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA
Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta tahun
1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko
tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja)
terlibat penyalahgunaan NAPZA.
Adapun
jenis keluarga yang beresiko besar terlibat NAPZA
• Keluarga yang pernah memiliki keterlibatan dengan
ketergantungan NAPZA
• Manajemen keluarga yang kacau, terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh
kedua orang tua.
• Orang tua yang selalu bersikap otoriter dan
tidak pernah mendengarkan ketidak setujuan anak.
• Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang
diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah
cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
Faktor
kepribadian
Kepribadian pengguna NAPZA juga turut berperan dalam
perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA
memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai
oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara
wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi,
juga turut mempengaruhi.
Selain
itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara
adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari
pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga
berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan lingkungan
dan lebih melihat faktor-faktor di luar dirinya yang
menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian
yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting
dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan
masalah yang dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan
dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya.
Namun bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri
dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari
lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya
untuk mempengaruhinya menyalah gunakan NAPZA. Di sinilah
sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri
dan kemandirian pada anak remajanya.
Faktor
kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok atau teman sebaya yang menggunakan NAPZA, memiliki
kemampuan yang cukup kuat mempengaruhi orang-orang disekitarnya
untuk menggunakan NAPZA. Yaitu dengan cara memberikan
tekanan-tekanan seseorang untuk bersikap seperti dirinya
atau kelompoknya. Tekanan teman atau kelompok ini, terjadi
bukan hanya pada reaja, tapi bisa juga terjadi pada
semua orang. Pasalnya, semua orang ingin disukai dan
tidak ada yang mau dikucilkan dari teman maupun kelompok.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari teman sebaya atau
kelompok, seperti berinteraksi dengan kelompok teman
yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah
raga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi
dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya,
keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki
perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA
dapat muncul.
Faktor
kesempatan
Semakin mudahnya untuk mendapatkan NAPZA, bisa dibilang
sebagai pemicu penyebab maraknya pemakaian NAPZA saat
ini. Bahkan saat ini Indonesia sudah menjadi target
pasar narkotika International. Alhasil, zat-zat kimia
‘haram’ tersebut dapat diperoleh dengan
mudahnya. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa
para penjual narkotika menjual barang dagangannya di
sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD.(nuansa,
berbagai sumber)
|